Kamis, 12 Juni 2008

Menanggapi Musik DEBU

Bagiku, kedalaman makna syair2 DEBU tak akan pernah bisa tergantikan oleh apapun. Bagiku sekarang, syair2 itu merupakan dzikir yang indah sehingga tanpa sadar hati ini selalu mengingatNya dalam suka maupun duka, dalam sempit maupun lapang.

Mengenai musik2nya yang beraneka: syahdu, riang, tenang, dan semangat membuatku selalu memilih2 sesuai suasana hati. Kalau lagi futur, biasanya yang syahdu dan menggugah keimananku yang kudengarkan. Misal? "Cinta Saja" sudah cukup mewakili. Kalau sedang kumat malasnya? "Laa illahe illallahu" bisa menjadi pilihan berikut. Atau "Hentakkanlah Kaki" yang benar2 menyemangati. (Jadi ingat nasyid2nya Ar Ruhul Jadid ^_^ ) Kalau sedang ingin berdendang sendirian, "Palace Troubadour" adalah favoritku....

Apapun lagunya, kapanpun waktunya, DEBU menjadi pilihan yang tepat... Aku semakin cinta...

Selasa, 10 Juni 2008

The Song: AMANAT

Lagu ini belum pernah aku dengar. Jujur ajah nih! Gak Bo'ong! Makanya aku pajang videonya di sini biar sekalian yang mampir ke sini ikutan dengar... ^_^


Untuk yang Belum Tahu

Ada yang ketinggalan...

Simak saja berikut ini:

Pertanyaan ini banyak dilontarkan pada kami. Mereka bilang, grup musik sebesar ini, koq namanya "DEBU"? Bagi kami, itu tidak aneh. Secara maknawi, nama itu sudah menjadi identitas kelompok kami sejak di New Mexico sana. Saat itu, Syekh Fattaah memberi nama kelompok ini, Dust on the Road, atau Debu di Jalanan. Personilnya, tentu saja tidak seperti sekarang. Saat itu, sebagian dari kami masih kanak-kanak. Jadi, bisa dibilang bahwa para pemain Dust on the Road atau Dust saat itu ya para orang tua kami, yakni generasi pertama kafilah ini. Bahkan, Syekh Fattaah sering kali menjadi vokalisnya.

Setelah di Indonesia, kami menyelaraskan nama kelompok ini sesuai dengan ejaan dan bahasa Indonesia, yakni DEBU. Nama yang indah. Sederhana dan mudah diingat. Formasinya pun berubah sama sekali. Ada regenerasi di sini. Antara lain, Syekh Fattaah yang merupakan guru rohani kami, tidak lagi memimpin vokal. Sebaliknya, ia lebih suka berkhalwat saja di ruangannya. Dengan sendirinya, dinamika DEBU sekarang berada di generasi kedua meski untuk instrumen tertentu masih dipegang oleh beberapa orang senior.

Secara formasi, DEBU memang telah berbeda dengan DUST, pun dalam hal komposisi. Sekarang ini, Syekh Fattaah lebih sering membuat syair-syairnya dalam bahasa Indonesia. Namun, satu hal yang masih menjadi ciri dan prinsip bagi DEBU adalah, bahwa musik dan nyanyian yang dilakukan hanyalah media untuk dakwah dan syiar ilmu-ilmu Islam, yakni ilmu lahir dan batin. Syekh Fattaah selalu menekankan pada kami, bahwa bermusik dan bernyanyi bukanlah segala-galanya dan bukan pula tujuan. Jika suatu saat aktivitas ini membuat kami berpaling dari kecintaan terhadap Allah swt, maka Syekh Fattaah akan menghentikan aktivitas ini dan membubarkannya.

Nyomot beritanya dari mana? yuk, kemari...

Gak Ngerti? Lanjut Ajah!

Ini salah satu lagu favorit aku (karena musiknya asyik banget) meski sumpe aku gak ngerti artinya. Tapi aku yakin maknanya pasti dalem banget (khas DEBU gitu lho!). Silakan disimak...

SARAYDA

Hayat bir büyük bilmece,
Zor değil cidden kolaydır,
Sultan hazinesi sende,
Bu gönül onun saraydır.

Eğer senden sorsa kimse,
Bu aciz kulun hakkında,
Sultanın saray içinde,
Bir şarkıcıyım burada.

Şarkıcıyım ben sarayda,
O sultanın şarkıcısı,
Ve onun aşkı hakkında,
Söylerim şarkılarını,

Hayat bir büyük bilmece,
Zor değil cidden kolaydır,
Sultan hazinesi sende,
Bu gönül onun saraydır.

Hasret ile onun aşkı,
Bu kalbimi dolduruyor,
Gönül Padişahın tahtı,
Ve hasretini çekiyor.

Eğer sen girersen ona,
Sultan kulu olacaksın,
Yüreğin aşk ile dolsa,
Acayipler göreceksin.

Hayat bir büyük bilmece,
Zor değil cidden kolaydır,
Sultan hazinesi sende,
Bu gönül onun saraydır.

Sırrından hayret ederim,
Saklı olan aydınlanır,
Nasıl anlatabilirim,
Dil böyle mahir değildir.

Kalbine girdiğin zaman,
Görürsün Sultan tahtını,
Ondan ölü ve yaşayan,
O cahil olur bilgili.

Hayat bir büyük bilmece,
Zor değil cidden kolaydır,
Sultan hazinesi sende,
Bu gönül onun saraydır.



Nah, njelimet kan? Hehehehe.... Nikmatin ajah, gak usah pusing.... ^_^

Semakin Cinta

Lagu ini, membuatku semakin cinta.... Nyanyi bareng yuk?

"A Palace Troubador"

If someone asks about me say,
"He's just a lowly simple slave,
A troubadour just for the King,
In His palace where he sings."

"Each word is lifted on angels' wings,
Within the palace of the King,
His songs alone are all he knows,
He sings them every place he goes."

With love and longing in my heart,
I wanna sing like a meadow lark,
The heart itself is the King's throne,
And there I sing for Him alone.

If you go inside down deep,
You'll find the melodies so sweet,
Deep in His palace you must go,
A mighty realm you'll come to know.

Its secret brings astonishment,
What's hidden becomes evident,
I'm just not able to explain,
The tongue can't be that well trained.

If you're allowed to go inside,
That's where the King Himself resides,
You'll stay alive though you are dead,
The fool's transformed he's wise instead.

A great enigma though it seems,
It's far beyond one's thoughts and schemes,
Just go inside it won't take long,
Before you start to sing His songs.


Nah, gimana? Rabb, aku semakin hanyut... Dalam hampir setiap kesempatan, aku mencoba berdendang dengan lagu ini (meski gak hafal2... wakakakaka..)

At The First Sight...

Jujur, pertama kali mendengar nama DEBU, aku mengerenyitkan dahi. Heh, siapa lagi tuh? Dari mana? Jenis musiknya apa? Udah ilfil duluan deh. (Tentang ini aku pernah cerita pada brother Ibrahim, tau deh dia inget apa gak...) Begitu mendapatkan selembar fotokopian (catet!) mengenai apa dan siapa DEBU, aku tambah miris... Aaaarrgghhh... Sufisme *gubraks* Oh no, aku gak mungkin bisa menerimanya (pendengaranku, maksudnya). Lagu2 aneh dan syair2 yang ajaib....

Pertama kali melihat penampilan mereka di televisi danmenyanyikan lagu "Cinta Saja", aku tambah masygul. Ya Allah, syairnya bener2 bikin aku pusing! Gak ngertiiiii.... Tetapi di tengah kepanikan itu, aku menatap satu persatu wajah personilnya. Heh? Bule dan negro? Gak salah? Berbahasa Indonesia? Yang bener ajeh? Tapi itu nyata, sodara2!

Penasaran? Jelas! Aku segera hunting kasetnya. Dapat! Setelah rebutan dengan beberapa pengunjung yang juga sedang mencari.. Hehehe.. Siapa cepat dia akan dapat, toch? Aku memutar kaset "Mabuk Cinta" berkali-kali dengan harapan dapat menyelami makna syair2 khas Syeikh Fattaah itu. Bukan lagu yang aku dengarkan, tapi membaca syair2nya berulang kali.
Untuk beberapa kali sih, nihil. Putus asa rasanya.

CintaMu dalam hatiku,
Memenuhinya begitu.

CintaMu dalam hatiku,
Memenuhinya begitu,
Jadi segala sesuatu,
Yang kumelihat di situ.

CintaMu dalam hatiku,
Memenuhinya begitu.

Kayak sinar matahari,
Atas permukaan hati,
Cinta itu meliputi,
Hatiku sama sekali.

CintaMu dalam hatiku,
Memenuhinya begitu.

Dalam hati tetap malam,
Kacau-balau tanpa salam,
Hati muram suram guram,
Gelap buta penuh waham.

Terbit sinar surya terang,
Maka tudung waham hilang,
Tidak terlihat sekarang,
Selain cahaya merelang.

CintaMu dalam hatiku,
Memenuhinya begitu.


Aku mencoba searching di internet. Saat itu, hatiku berkata, "Rasanya aku mulai jatuh cinta...."

Senin, 09 Juni 2008

Cinta Pada Pandangan Pertama? Bukan!

Bismillah...
Dengan mengutak-atik leot2 kakakku-ukhti Rini-, aku mencoba mendedikasikan blog ini khusus untuk keluarga baruku, yang sangat kucinta karena Allah. Mungkin aku bukanlah siapa2 bagi mereka, tetapi mereka sangat berarti bagiku.

Merekalah yang membantuku secara tidak langsung untuk tetap berada di jalanNya. Ini adalah catatan pembuka dari sudut pandangku mengenai mereka. Catatan sederhana yang menemani perjalanan mereka, meski mungkin sangat terlambat untuk memulainya. Setelah 10 tahun perjalanan mereka, baru kali ini aku bisa mencatatnya.

Semoga berkenan...