Selasa, 10 Juni 2008

Untuk yang Belum Tahu

Ada yang ketinggalan...

Simak saja berikut ini:

Pertanyaan ini banyak dilontarkan pada kami. Mereka bilang, grup musik sebesar ini, koq namanya "DEBU"? Bagi kami, itu tidak aneh. Secara maknawi, nama itu sudah menjadi identitas kelompok kami sejak di New Mexico sana. Saat itu, Syekh Fattaah memberi nama kelompok ini, Dust on the Road, atau Debu di Jalanan. Personilnya, tentu saja tidak seperti sekarang. Saat itu, sebagian dari kami masih kanak-kanak. Jadi, bisa dibilang bahwa para pemain Dust on the Road atau Dust saat itu ya para orang tua kami, yakni generasi pertama kafilah ini. Bahkan, Syekh Fattaah sering kali menjadi vokalisnya.

Setelah di Indonesia, kami menyelaraskan nama kelompok ini sesuai dengan ejaan dan bahasa Indonesia, yakni DEBU. Nama yang indah. Sederhana dan mudah diingat. Formasinya pun berubah sama sekali. Ada regenerasi di sini. Antara lain, Syekh Fattaah yang merupakan guru rohani kami, tidak lagi memimpin vokal. Sebaliknya, ia lebih suka berkhalwat saja di ruangannya. Dengan sendirinya, dinamika DEBU sekarang berada di generasi kedua meski untuk instrumen tertentu masih dipegang oleh beberapa orang senior.

Secara formasi, DEBU memang telah berbeda dengan DUST, pun dalam hal komposisi. Sekarang ini, Syekh Fattaah lebih sering membuat syair-syairnya dalam bahasa Indonesia. Namun, satu hal yang masih menjadi ciri dan prinsip bagi DEBU adalah, bahwa musik dan nyanyian yang dilakukan hanyalah media untuk dakwah dan syiar ilmu-ilmu Islam, yakni ilmu lahir dan batin. Syekh Fattaah selalu menekankan pada kami, bahwa bermusik dan bernyanyi bukanlah segala-galanya dan bukan pula tujuan. Jika suatu saat aktivitas ini membuat kami berpaling dari kecintaan terhadap Allah swt, maka Syekh Fattaah akan menghentikan aktivitas ini dan membubarkannya.

Nyomot beritanya dari mana? yuk, kemari...

Tidak ada komentar: